Menteri Pertahanan Rusia Andrei Belousov mengatakan Negeri Beruang Merah harus mempersiapkan diri perang melawan aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) karena keterlibatan mereka dalam perang di Ukraina. Belousov menyarankan hal itu lantaran ia memprediksi konflik terbuka kemungkinan akan pecah antara Rusia dan NATo dalam 10 tahun mendatang. Pernyataan tersebut ia sampaikan saat rapat dengan Presiden Vladimir Putin pada Senin (16/12).
“Kegiatan Kementerian Pertahanan didasarkan pada[…]memastikan kesiapan penuh untuk menghadapi skenario apa pun dalam jangka menengah, termasuk kemungkinan konflik militer dengan NATO di Eropa dalam dekade mendatang,” kata dia dalam rapat bersama Putin seperti dikutip Politico.
Menurut Belousov, aktivitas NATO menimbulkan ancaman bagi Rusia. Ia lantas menyebut hasil konferensi tingkat tinggi (KTT) aliansi itu pada Juli sebagai salah satu bukti. Hasil KTT itu di antaranya membentuk bantuan keamanan dan pelatihan bagi Ukraina (NATO Security Assistance and Training for Ukraina/NSATU), menyediakan peralatan sistem pertahanan udara, dan mengutuk negara yang mendukung Rusia selama konflik.
Beberapa bulan lalu, Amerika Serikat juga mengizinkan Ukraina menggunakan senjata canggih jarak jauh mereka untuk menyerang Rusia. “Ini juga tercermin dalam dokumen-dokumen doktrinal AS dan negara-negara NATO lain,” ujar Belousov. Lebih lanjut, dia mengatakan Rusia telah mengambil inisiatif dalam pertempuran dan bermaksud menguasai sepenuhnya wilayah Luhansk, Zaporizhzhia, Kheron, dan Donest di Ukraina. Negeri Beruang Merah mencaplok keempat wilayah itu pada September 2022.
Di saat yang sama, Putin turut menyalahkan NATO karena ketegangan yang mereka ciptakan di perbatasan. Menurut Putin negara-negara NATO meningkatkan anggaran militer dan kehadiran mereka di perbatasan Rusia. “Jumlah pasukan Amerika di Eropa sudah mencapai 100.000” ujar dia.





