KABARTANAHBUMBU.COM, TANAH BUMBU – Ratusan sopir truk yang tergabung dalam Keluarga Besar Sopir Indonesia (KB-SI) menggelar aksi unjuk rasa di depan Tower Pelindo, Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara, pada Selasa siang.
Mereka berkumpul untuk menyampaikan aspirasi dan tuntutan mereka terkait kebijakan yang dianggap merugikan.
Berbeda dari aksi demonstrasi pada umumnya, para sopir truk tidak hanya berorasi di depan pagar Tower Pelindo, tetapi juga memenuhi Jalan Yos Sudarso.
Kehadiran mereka menyebabkan jalur kendaraan dari arah Pelabuhan Tanjung Priok menuju Kelapa Gading terblokir.
Selain berorasi, massa aksi juga melemparkan botol air mineral ke dalam kawasan Tower Pelindo. Akibatnya, arus lalu lintas di Jalan Yos Sudarso terganggu. Kendaraan kecil dialihkan ke jalan di belakang Tower Pelindo, sementara kendaraan besar terpaksa tertahan karena jalan utama dipenuhi oleh para demonstran.
Sebelumnya, pada Selasa pagi, para sopir truk juga menggelar aksi serupa di depan New Priok Container Terminal One (NPCT 1), Jalan Terminal Kalibaru Raya, Cilincing, Jakarta Utara. Dalam aksi ini, mereka menyampaikan sejumlah tuntutan kepada Pelindo.
Tiga Tuntutan Sopir Truk
1. Penghapusan Gerbang Masuk (Gatepass) di NPCT 1
Para sopir truk menuntut penghapusan gatepass di NPCT 1 karena lokasinya yang terlalu dekat dengan jalan raya, sehingga sering menyebabkan kemacetan.
“Satu-satunya pelabuhan yang memiliki dua gate hanya di NPCT 1. Letaknya terlalu berdekatan dengan jalan raya dan kantong parkirnya sedikit, sehingga menyebabkan kemacetan,” ujar Ketua KB-SI, Nuratmo (45).
Selain itu, jumlah gerbang yang tersedia dianggap tidak memadai dan sering mengalami kerusakan. Akibatnya, antrean kontainer mengular hingga ke jalan raya, memperparah kemacetan.
2. Menolak Pemberlakuan Biaya Masuk Pelabuhan
Para sopir juga menolak kebijakan pembayaran masuk pelabuhan yang sebelumnya gratis, tetapi kini dikenakan tarif Rp17 ribu, bahkan direncanakan naik menjadi Rp20 ribu pada April mendatang.
“Biaya ini mulai diberlakukan sejak 1 Februari 2025 dan sangat membebani kami. Jika kami bekerja 20 hari dalam sebulan, maka uang yang harus dikeluarkan untuk biaya ini mencapai Rp400 ribu,” keluh Nuratmo.
3. Proses Bongkar Muat yang Lambat
Para sopir mengeluhkan lamanya proses bongkar muat di pelabuhan, yang bisa mencapai puluhan jam. Hal ini dinilai tidak sebanding dengan standar layanan di pelabuhan internasional.
“Seharusnya pelabuhan internasional memiliki sistem bongkar muat yang cepat, tetapi kenyataannya kami sering harus menunggu hingga puluhan jam,” ungkapnya.
4. Selain itu, fasilitas di dalam pelabuhan dianggap tidak memadai.
“MCK atau toilet hampir tidak ada. Kami menunggu puluhan jam tanpa fasilitas toilet, tanpa kantin. Ini menyulitkan kami,” tambahnya.
Aksi unjuk rasa ini mencerminkan keresahan para sopir truk terhadap kebijakan yang mereka anggap memberatkan. Mereka berharap Pelindo segera merespons dan mencari solusi atas permasalahan yang mereka hadapi.
